Kamis, 02 April 2020

Selasa, 31 Maret 2020

Menentukan pengujian kesesuaian fungsi prototype produk barang/jasa

   Proses Pengujian Produk Baru

Pengujian produk baru bertujuan untuk memberikan penilaian yang lebih rinci tentang peluang sukses produk baru, mengidentifikasi berbagai penyesuaian akhir yang diperlukan untuk produk, dan menetapkan berbagai elemen penting dalam program pemasaran yang akan dipakai untuk memperkenalkan produk dipasar. Secara umum, terdapat 4 (empat) kegiatan dalam pengujian produk baru, yaitu sebagai berikut:
          

1.     Technical Testing (Pengujian Teknis)

Yaitu dengan cara membuat prototipe yang merupakan approximation (perkiraan) produk akhir. Pengujian atas kinerja produk prototipe dapat menghasilkan sejumlah informasi penting tentang product shelf life (usia pajang produk), tingkat keusangan produk, masalah yang timbul dari pemakaian atau konsumsi yang tidak seharusnya, potensi kerusakan yang memerlukan penggantian, dan jadwal pemeliharaan yang tepat. Masing-masing dari jenis informasi tersebut dapat mempunyai dampak biaya terhadap pemasaran produk.


2.    Pengujian Preference and Satisfaction Testing (Preferensi dan Kepuasan)
Dipakai untuk menetapkan elemen-elemen yang akan dirancang dalam rencana pemasaran serta untuk membuat tafsiran penjualan awal produk baru. Secara umum terdapat dua cara utama yang dibutuhkan dalam tipe pengujian ini, yaitu pertama meminta konsumen untuk menggunakan sebuah produk selama jangka waktu tertentu, dan kemudian mereka diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan preferensi serta kepuasan mereka.Kedua, melaksanakan "blind test" yang sedemikian rupa sehingga konsumen dapat membandingkan berbagai macam alternatif produk tanpa mengetahui nama merek atau produsennya. Pada dasamya, pengujian preferensi dan kepuasan akan memberikan sejumlah manfaat pokok, antara lain sebagai berikut:
a)     Uji preferensi aktual dan uji teknis bisa memberikan dasar klaim yang obyektif untuk keperluan promosi, terlebih apabila perusahaan ingin menyajikan superioritas dalam hal persepsi konsumen atas keunggulan spesifik pada produk perusahaan dari pada pesaing.
b)    Estimasi tingkat pembelian ulang sangat penting untuk memperkirakan pangsa pasar jangka panjang. Oleh karena itu hasil yang kurang bagus pada uji ini dapat berakibat pada pembatalan peluncuran produk maupun perancangan ulang produk baru.
c)     Meskipun penerimaan pasar atas produk baru ditentukan oleh semua elemen program pemasaran, tetapi berbagai kasus menunjukkan bahwa skor yang tinggi dalam dimensi kinerja produk menggambarkan bahwa ide produk yang bersangkutan sebaiknya dilanjutkan pada tahap pengembangan produk baru selanjutnya.
d)    Uji preferensi pada umumnya dapat memberikan signal awal terbaik terhadap kemungkinan terjadinya kanibalisasi produk.

3.    Simulated Test Markets atau Laboratory Test Markets (Pengujian Pasar Simulasi)

Yaitu prosedur riset pemasaran yang dibuat untuk memberikan gambaran yang murah dan cepat tentang pangsa pasar yang bisa diharapkan dari produk baru. Beberapa model yang dapat dipakai antara lain BASES, DESIGNOR, ASSESSOR, dan LITMUS.


4.    Test Markets (Pengujian Pasar)
Yaitu perusahaan akan menawarkan sebuah produk untuk dijual diwilayah pasar terbatas yang sebisa mungkin dapat mewakili keseluruhan pasar dimana produk itu nantinya akan dijual. Secara prinsip, terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pengujian pasar untuk produk konsumen dan produk bisnis/industrial. Didalam pengujian produk konsumen, perusahaan akan berusaha mengestimasi empat variabel, yakni product trial (percobaan produk), first repeat (pengulangan pembelian pertama), adopsi produk, serta frekuensi pembelian. Tentunya perusahaan menginginkan bahwa semua variabel-variabel tersebut menunjukkan tingkat yang tinggi. Metode pokok untuk menguji pasar produk konsumen, adalah sebagai berikut:

a)    Sales Wave Research
Dalam metode sales wave research, konsumen yang pada awalnya mencoba sebuah produk secara gratis ditawarka lagi produk tersebut atau produk pesaing, dengan harga yang lebih murah. Kemudian perusahaan akan memperhatikan berapa kali konsumen memilih produk perusahaan serta tingkat kepuasan mereka. Metode ini juga mencakup usaha untuk mempresentasikan pada konsumen satu ataupun beberapa konsep iklan dalam bentuk kasar untuk mengamati dampaknya terhadap pembelian ulang.

b)   Simulated Test Marketing

Metode ini memerlukan 30 sampai 40 pembeli yang qualified dipusat pertokoan ataupun tempat-tempat lainnya. Perusahaan akan menanyakan beberapa hal kepada mereka, berhubungan dengan awareness dan preferensi mereka terhadap berbagai merek pada jenis produk tertentu. Mereka bisa saja diundang untuk menyaksikan iklan singkat, termasuk didalamnya yang sudah terkenal ataupun yang masih baru. Lalu dalam penayangan iklan tersebut disisipkan iklan produk baru. Kemudian konsumen akan diberi sejumlah uang lalu diminta untuk datang ke sebuah toko khusus dimana mereka bisa membelanjakan uang yang sudah diberikan tersebut sesuai kebutuhan.


Perusahaan lalu mengamati dan memperhatikan jumlah konsumen yang membeli merek baru dan merek pesaing. Data ini akan memberikan gambaran tentang efektivitas iklan mereka atas iklan pesaing. Konsumen lalu diminta mengutarakan alasan-alasan mereka membeli ataupun tidak membeli. Lalu kemudaian beberapa minggu setelah itu mereka akan diwawancarai kembali melalui telepon untuk menentukan sikap mereka atas produk tersebut, kepuasannya, penggunaannya, dan minatnya untuk membeli kembali, dan ditawari kesempatan untuk membeli kembali produk yang bersangkutan.

c)    Controlled Test Marketing

Metode ini memungkinkan perusahaan untuk menguji pengaruh faktor dalam toko dan iklan terbatas pada perilaku pembelian konsumen tanpa harus melibatkan konsumen itu sendiri secara langsung. Sampel konsumen akan diwawancarai untuk mendapatkan kesan mereka terhadap produk yang bersangkutan. Perusahaan tidak harus memberikan potongan penjualan, memakai wiraniaga mereka sendiri, atau`membeli jaringan distribusi. Tetapi metode ini tidak dapat memberikan informasi tentang cara membujuk distributor agar mau menjual produk baru perusahaan.

d)   Test Markets

Uji pasar adalah cara utama dalam menguji sebuah produk baru dalam situasi yang sama dengan yang nantinya akan dihadapi dalam peluncuran produk yang bersangkutan. Perusahaan umumnya akan bekerja sama dengan perusahaan riset dalam menentukan kota dimana wiraniaga perusahaan nantinya akan mencoba membujuk para distributor agar bersedia untuk menjual produk perusahaan. Perusahaan melakuan promosi dan periklanan sama dengan yang akan dilaksanakan dalam pemasaran secara nasional. Biaya yang nantinya dibutuhkan tergantung pada jumlah kota, lama pengujian, serta jumlah data yang diinginkan perusahaan.

Melalui uji pasar akan didapatkan beberapa manfaat, diantaranya adalah memberikan prediksi yang dapat diandalkan tentang penjualan dimasa yang akan datang, pengujian awal terhadap rencana pemasaran, mengetahui kekurangan produk, mendapat gambaran berbagai masalah potensial dalam jaringan distribusi, dan mendapat pemahaman lebih baik mengenai perilaku berbagai segmen pasar.
Sementara, produk bisnis juga mendapatkan manfaat dari uji pasar, dimana pengujiannya bervariasi tergantung dari jenis barangnya. Barang industri yang mahal dan memakai teknologi baru pada umumnya menjalani pengujian Alpha dan Beta. Pengujian Alpha ialah pengujian produk dengan tujuan mengukur serta meningkatkan kinerja, rancangan, keandalan, dan biaya operasi produk. Apabila hasil pengujian alpha baik, maka perusahaan akan melanjutkannya dengan melakukan pengujian Beta dengan mengundang para konsumen potensial agar dapat melaksanakan pengujian secara rahasia ditempat mereka sendiri.

Metode uji pasar lainnya ialah memperkenalkan produk bisnis baru dalam pameran dagang. Produk baru industrial juga dapat diuji ditempat pajangan distributor atau dealer. Cara lain yang bisa ditempuh ialah uji pemasaran, dimana perusahaan membuat pasokan produk dengan jumlah terbatas dan diserahkan pada wiraniaga untuk dijual didaerah geografis yang terbatas dengan dukungan katalog, promosi, dan sebagainya. Melalui cara demikian, manajemen akan dapat mempelajari apa saja yang mungkin terjadi dalam pemasaran dengan skala penuh serta memberikan informasi yang lebih lengkap dalam memutuskan komersialisasi produk yang bersangkutan.

Menganalisis Perencanaan Produksi Massal

 Menganalisis Perencanaan Produksi Massal


Pengertian  Perencanaan produk

Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.
Terdapat  5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
       1.     Kualitas produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar  dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
       2.     Biaya produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
       3.     Waktu pengembangan produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.
        4.     Biaya pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
        5.     Kapabilitas pengembangan

Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan dating.
1.     Menetapkan Skala Proses Produksi
Langkah-langkah dalam menetapkan skala proses produksi dan jasa, yaitu sebagai berikut. 
a.  Produk apa yang akan diproduksi.
b.  Bilamana kegiatan proses produksi akan dimulai.
c.  Berapa jumlah produk yang akan diproduksi.
d.  Berapa besarnyajumlah dana yang akan dibutuhkan.
e.  Berapa banyak tenaga kerja yang diperlukan.
f.   Peralatan apa yang diperlukan.
g.  Berapa tingkat persediaan bahan baku yang diperlukan.
h. Syarat-syarat dalam penetapan skala proses produksi dan jasa, antara lain:
i.   Penetapan skala produksi barang dan jasa harus disesuaikan dengan tujuan usaha.Penetapan skala produksi barang dan jasa harus sederhana dan mudah dilaksanakan. Penetapan skala produksi barang dan jasa harus dapat memberikan analisis dan klasifikasi tentang kegiatan operasi proses produksi.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan skala proses produksi dan jasa. Berikut ini faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan skala proses produksi dan jasa.
a.  Sifat proses produksi dan jasa
Sifat proses produksi dan jasa dapat dibedakan sebagai berikut.
1)  Proses produksi dan jasa yang terputus-putus
Proses produksi dan jasa yang terputus-putus, dilakukan atas dasar jumlah pesanan (order) produk yang diterima perusahaan. Di sini, jumlah produksi yang dibuat perusahaan pada umumnya sedikit. Sehingga untuk menetapkan. skala produksi dan jasa yang diproduksi, semata-mata tidak berdasarkan pada ramalan penjualan.
2)  Proses produksi barang dan jasa yang terus-menerus
Proses produksi dan jasa yang terns menerus, dilakukan berdasarkan pada ramalan produk. Di sini, penetapan skala produksi dan jasa tidak dilakukan atas dasar pesanan, akan tetapi dilakukan untuk memenuhi pasar clan dalam jumlah produksi yang besar.
b.  Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi
Untuk menetapkan skala proses produksi dan jasa ada beberapa jenis dan mutu, serta sifat produk yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yakni sebagai berikut.
1)  Apakah produk yang akan diproduksi itu tahan lama?
2)  Apakah mutu produk yang diproduksi itu tergantung pada biaya persatuan?
3)  Apakah produk yang akan diproduksi itu mempunyai sifat permintaan musiman atau tidak?
4) Apakah produk yang akan diproduksi itu costumer's goods atau producer's goods?
c.  Jenis produk baru dan lama
Seorang wirausahawan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan jenis produk baru, disertai penelitian tentang:
1)  Lokasi; apakah perusahaan perlu berdekatan dengan sumber-sumber bahan baku atau dekat dengan pasar konsumen?
2)  Berapajumlah produk yang akan diproduksi?
3)  Bagaimana sifat permintaan terhadap produk, apakah musiman atau sepanjang masa?
2.     Tahapan-tahapan dalam penetapan skala proses produksi barang dan jasa
Adapun tahapan-tahapan pada penetapan skala proses produksi dan jasa, yaitu sebagai berikut.
a.  Routing
Routing adalah menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi dari bahan mentah sampai menjadi produk akhir. Di dalam menentukan urutan-urutannya, harus sudah termasuk penyusunan alat-alat yang akan dipergunakan.
b.  Scheduling
Scheduling adalah menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan operasi proses produksi yang disenergikan sebagai suatu kesatuan. Dari scheduling, nantinya akan dapat diketahui dan diawasi penggunaan waktu pada setiap saat pemrosesan produksi, sesuai dengan urutan-urutannya.
c.  Dispatching
Dispatching adalah menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah untuk mulai melaksanakan operasi proses produksi yang sudah direncanakan di dalam routing dan scheduling.
d.  Follow-up
Follow-up adalah menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan mendorong terkoordinasinya seluruh perencanaan operasi proses produksi.
3.     Faktor perencanaan proses produksi dan jasa
Perencanaan proses produksi adalah perencanaan tentang produk apa dan berapa jumlahnya masing-masing, yang segera diproduksikan pada periode yang akan datang. Akan tetapi, semua produk yang tercantum di dalam perencanaan proses produksi barang/jasa, belum tentu akan dicantumkan seluruhnya pada suatu periode yang akan datang.
Adapun perbedaan antara perencanaan proses produk dan perencanaan proses produksi adalah bahwa pada perencanaan proses produk akan banyak menyangkut aspek-aspek teknis, sedangkan pada perencanaan proses produksi akan lebih banyak menyangkut aspek-aspek ekonomis. Pada perencanaan proses produksi, dititik beratkan kepada produk apa, produk yang bagaimana, dan berapa jumlah produk yang akan diproduksi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan proses produksi dan jasa
Di dalam membuat perencanaan proses produksi dan jasa yang tepat, seorang wirausahawan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan masalah intern dan masalah ekstern perusahaan.
Masalah intern adalah masalah yang datangnya dari dalam perusahaan sendiri, seperti mesin­mesin, peralatan, bahan baku, dan tenaga kerja. Adapun masalah ekstern perusahaan adalah masalah yang datangnya dari luar perusahaan, seperti keadaan politik, ekonomi, resesi, deflasi, inflasi, deregulasi, kebijaksanaan pemerintah, dan devaluasi. Untuk menetapkan perencanaan proses produksi dan jasa, seorang wirausahawan perlu memperhatikan berbagai faktor sebagai berikut:
a.  Manfaat produk bagi konsumen;
b.  Permintaan pasar terhadap produk;
c.  Potensi usaha seorang wirausahawan untuk memperoleh keuntungan;
d.  Fasilitas operasi proses produksi;
e.  Kekuatan persaingan dari perusahaan lain;
f.   Kemampuan distribusinya;
g.  Pengembangan produk pada masa yang akan datang.

Ciri-ciri perencanaan proses produksi dan jasa, antara lain sebagai berikut.
a.  Perencanaan produksi dan jasa harus menyangkut kegiatan masa mendatang.
b.  Perencanaan produksi clan jasa harus mempunyai jangka waktu tertentu.
c.  Perencanaan produksi dan jasa harus mempersiapkan tenaga kerja, mesin-mesin, bahan baku, metode pengerjaan, modal, dan sebagainya.
d.  Perencanaan produksi dan jasa harus dapat mengoordinir kegiatan produksi dengan kegiatan bagian lainnya.
e.  Perencanaan produksi dan jasa harus dapat menentukan jumlah produk, jenis produk, warna produk, ukuran produk, bentuk produk, dan sebagainya.

Syarat-syarat perencanaan proses produksi dan jasa antara lain sebagai berikut.
a.  Perencanaan produksi barang dan jasa harus disesuaikan dengan tujuan usaha.
b.  Perencanaan kerja produksi dan j asa harus sederhana, dimengerti, dan dapat dilaksanakan.
c.  Perencanaan produksi dan jasa harus memberikan analisis dan klasifikasi kegiatan.

Seorang wirausahawan yang akan menyusun perencanaan proses produksi dan jasa harus memperhatikan dan mempertimbangkan:
a.  Skala produksi;
b.  Jenis Jenisproduk yang akan diproduksi;
c.  Produk tahan lama atau tidak;
d.  Sifat produk yang akan diproduksi;
e.  Sifat permintaan terhadap produk;
f.   Kuantitas dan kualitas produk yang akan diproduksi.
4.     Persiapan perencanaan proses produksi dan jasa
Adapun persiapan perencanaan proses produksi dan jasa, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.  Prosedur persiapan
Prosedur persiapan perencanaan proses produksi dan jasa antara lain:
1)  Seorang wirausahawan perlu membina gagasan produk dari konsumen atau pembeh.
2)  Seorang wirausahawan perlu mendorong para karyawan untuk ikut memikirkan gagasan produk yang akan diproduksi.
b.  Penyaringan gagasan
Tujuan utama penyaringan gagasan proses produksi dan jasa untuk mendapatkan gagasan yang baik dan tepat di dalam pembuatannya.
c.  Analisis gagasan
Seorang wirausahawan selanjutnya mengadakan analisis terhadap gagasan operasi produksi dan jasa dari berbagai macam usaha. Adapun gagasan terhadap proses produksi dan jasa yang dianggap paling penting yaitu: ,
1)  Potensi permintaan terhadap produk;
2)  Jumlah penjualan produk;
3)  Jumlah pemasaran produk;
4)  Kemampuan produk yang mendatangkan laba.
d.  Percobaan proses produk
Di dalam percobaan proses produk, terdapat 2 (dua) hal yang sangat penting, yaitu:
1)  Dari tahap pengelolaan gagasan, menjadi suatu kegiatan konkret.
2)  Perusahaan menghasilkan produksi yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara teknis maupun komersial.
e.  Uji coba produk
Pada dasarnya ada 2 (dua) macam manfaat yang akan didapat oleh seorang wirausahawan dengan adanya uji coba produksi dan jasa, yaitu:
1)  Seorang wirausahawan akan memperoleh gambaran yang lebih lugs tentang operasi produksi.
2)  Seorang wirausahawan akan menemukan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan, cacat tidaknya, dan bermanfaat tidaknya, dari produk yang dibuatnya.
f.   Tahap komersialisasi
Tahap komersialisasi adalah proses memperkenalkan produk yang diproduksi kepada para konsumen atau pembeli. Berbagai usaha pada tahap komersialisasi yang dilakukan oleh seorang wirausahawan antara lain melaksanakan merek produk, kemasan produk, harga produk, promosi produk, dan distribusinya.
Agar perencanaan kegiatan operasi produksi dan jasa dalam perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik, setiap pelaksanaan dan pengawasan kegiatan operasi produksi perlu mengetahui apa yang harus dilaksanakan.

Link Absensi : bit.ly/Presensi_PKK_XIM_2april2020
Link Tugas I        : bit.ly/Tugas_PKK_2April2020
Link Kumpul tgs I:bit.ly/KirimLinkTugas_PKK_XIM_2April2020
Tugas II               : bit.ly/Tugas_Pilgan_XIM_PKK_2April2020